Tinggal di kota kecil (dalam skala fashion) seperti Jogja, memang tidak bisa dibandingkan dengan tinggal di kota besar seperti Jakarta. Kehidupan fashion serasa kurang gegap gempita, dan fashion people- nya haus akan pertunjukan fashion.
Di Jogja yang fashion show bisa dihitung dengan 10 jari dalam setahun nya, keberadaan monthly event fashion adalah sebuah "berkah". Walaupun di selenggarakan di club, dimana yang datang belum tentu semua nya fashion people, tapi event ini cukup menjadi sedikit oase bagi kami.
Tapi yang agak menyebalkan adalah kenyataan bahwa memang dengan beragam nya orang yang datang, tidak semua fashion people menimbulkan kemencolokan apresiasi terhadap fashion show itu sendiri.
club yang biasanya memang tempat untuk bersenang2, bersosialisasi sambil ajojing menikmati malam dengan cocktail ataupun minuman alkohol lainnya serta kebiasaan club menampilkan sexy dancer dalam list hiburan mereka, membuat sebagian orang memandang fashion show juga selayaknya sexy dancer show.
Mereka jelas dengan kasat mata bukan mengapresiasi baju yang diperagakan, tapi seprtinya mata mereka melotot lebih karena kemolekan tubuh para model dalam balutan pakaian sexy.
Sungguh agak menjengkelkan, sebuah karya yang harusnya diapresiasi, bukan tubuh. tapi mau bagaimana lagi, memang beginilah tempatnya, itupun sudah bersyukur ada fashion show rutin. Para fashion people sejati mungkin seperti halnya saya, hanya bisa tersenyum getir melihat tingkah para pengunjung club.